[REVIEW NOVEL] A Court of Thorns and Roses Karya Sarah J Maas
#NgereadKuy
#KMC9
Judul: A Court of Thorns and Roses
Penulis: Sarah J Maas
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Jumlah Halaman: 592 Halaman, iPusnas
ISBN: 978-602-455-284-8
Halo, Gaes. Kali ini aku bakal review novel seriesnya Sarah J Maas yang berjudul A Court of Thorns and Roses. Sebelum itu, baca blurb-nya dulu, yuk.
Ketika Feyre—seorang perempuan pemburu—membunuh serigala di hutan, makhluk serupa binatang buas datang mencarinya untuk menuntut pembalasan. Feyre disandera di tanah magis yang berbahaya yang hanya pernah didengarnya dari legenda. Dia pun mengetahui bahwa makhluk itu bukanlah seekor hewan, melainkan Tamlin, peri agung abadi yang pernah mengusai dunia fana.
Perasaannya terhadap Tamlin berubah dari permusuhan dingin menjadi api yang membakar setiap cerita menyeramkan yang pernah didengarnya tentang dunia peri. Namun, kesuraman semakin menaungi dunia itu, dan Feyre harus bisa menghentikannya... atau malapetaka akan menimpa Tamlin dan dunianya selama-lamanya.
Yak, gimana perasaan kalian setelah baca blurb-nya? Kalau aku kemarin sih, penasaran banget. Awalnya, kukira nggak bakal bisa namatin baca buku ini karena jumlah halamannya banyak banget. Hampir 600 halaman kurang 8 halaman lagi, Cuy!
Awalnya, aku bosan baca bab-bab awal. Terlalu banyak pendeskripisian dan penjelasan. Tapi, aku sadar, itu semua emang dibutuhkan. Karena ini cerita fantasi, penulis harus menjelaskan soal world building terlebih dahulu. Agar pembaca bisa masuk ke dunia buatannya dan bisa menikmati ceritanya.
Dan mulai di bab 5, aku menyukai cerita ini sekali. Setiap babnya ada kejutan, buat aku sebagai pembaca nggak bosan dan tertarik untuk membaca bab selanjutnya. Eh, tiba-tiba nggak rela pas mau menuju ending. Rasanya cepet banget.
Karakter yang dibangun oleh penulisnya juga kuat. Feyre, Tamlin, Lucien, Rhysand, dan Amarantha. Keluarga Feyre, ada Nesta, Eilen, dan ayahnya. Aduh, awalnya aku kesel sama mereka, di akhir malah nangis. Makanya aku bingung, ini cerita fantasi, romance, atau sad story, sih? Banyak banget bawangnya. Hiks.
Prythian, dunia peri yang bersebelahan dengan dunia fana (manusia) itu terdiri dari 7 Negeri. Dan masing-masing negeri dipimpin oleh Tuan Agung. Eum, Tamlin ini Tuan Agung Musim Semi, kalau Lucien, sebenarnya anak bungsu dari Tuan Agung Negeri Musim Gugur. Kalau Rhysand, ini Tuan Agung dari Negeri Malam. Duh, tokoh yang pengin aku matiin di awal, tapi bikin baper di akhir. Eh, udah ya, ntar jadi spoiler.
Dan untuk kekurangannya sendiri, aku kurang tahu. Mungkin ada beberapa pengulangan kata dalam satu kalimat. Tipo, kurasa ada satu dua semalam pas baca. Eum, saking aku menikmati ceritanya, mungkin sampai nggak ngeh.
Yaudah, yuk, langsung ke kutipan favorit aja.
Seseorang yang tak terlihat itu tertawa lagi, suaranya mengerikan dan keji. “Meski jantungmu terbuat dari batu, Tamlin,” katanya, sementara Tamlin mematung, “rupanya di dalamnya masih tersimpan rasa takut.” Suara itu berubah pelan dan mengejek.
Halaman 256, A Court of Thorns and Roses.
“Aku seorang Peri Agung—kami tidak memberikan apa pun tanpa mendapatkan balasan.”
Halaman 297, A Court of Thorns and Roses.
Kutipan pertama, itu petunjuk buat pemecahan konflik utama di ending. Dan kutipan kedua, relate banget sama yang kutulis di Arciplants. Eh, iya. Aku baca cerita ini karena referensi dari Kayan buat revisi naskah Fantasy Series punyaku sebenarnya, haha. Makanya aku ngerasa anu banget pas bacanya.
Intinya buat kalian pencinta novel genre Fantasi Romance, novel ini sangat recommended sekali. Kalian nggak bakal nyesel bacanya, deh. Atau mungkin ketagihan kayak aku, jadi baca novel keduanya. Series kedua dari Court. Padahal halamannya ini lebih dari 800. Banyak, kan? Haha.
Udah, ya. Segini aja reviewnya. See you next review, Dear.
Komentar
Posting Komentar